Latest News

Orang Filipina Kagumi Beruk Piaman (Sebelum berkunjung Ke Limpato)

(catatan bebearapa bulan yang lalu, ketika para rombongan dari anggota asean berkunjung kelimpato VII koto, sei sarik. kab. padang pariaman.)

Diam-diam, beruk Piaman punya pesona juga. Delegasi Filipina yang berkunjung ke sana, terkesima dibuatnya. Anggota Asean dari Filipina tertarik dengan kemampuan monyet Pariaman yang bisa memetik kelapa. Di negara tetangga itu, belum ada monyet yang dipakai guna mengambil kepala dari tandannya. SEPAKRAGA.
Delegasi anggota Asean dan anggota Gulf Cooperation Cauncil (GCC) dari lima negara, Bharain, Saudi Arabia, Oman, Qatar dan Kuwait, kunjungan kerja ke Padang Pariaman. Kedatangan rombongan disambut gembira Bupati H. Ali Mukhni beserta Muspida di Anai Resort, beberapa bulan yang lalu..
Delegasi yang beranggotakan 48 orang, disambut dengan tari gelombang, dihibur dengan bermacam bentuk pegelaran kesenian tradisional. Antara lain, gendang tassa, dabui, lagu indang dan tari piriang bajamba.
Usai menikmati lamang tapai, lamang durian dan katupek gulai paku di Anai Resort, rombongan kemudian diarak, meluncur ke TK-SD Model Bertaraf Internasional di Limpato, Kecamatan VII Koto Sungai Sariak.
Di Limpato, selain mendapat informasi tentang ketahanan pangan serta menikmati masakan dan makanan khas daerah, rombongan pun kembali dihibur anak-anak sekolah bertaraf internasional tersebut.
Bahkan juga ikut bermain sepak raga dan menyaksikan atraksi monyet memetik kelapa.
Atraksi monyet memetik kelapa menjadi tontonan yang sangat menarik bagi para anggota delegasi. Bupati Ali Mukhni mengatakan, satu-satunya daerah di dunia yang memanfaatkan monyet dalam memetik buah kelapa adalah Sumatera Barat.
Sehari, terang Ali Mukhni, didampingi seorang tukang beruk, hewan itu bisa memetik 800 hingga 1.000 butir kelapa. Jika upah petik Rp100 perbutir, berarti si tukang beruk bisa berpenghasilan Rp100 ribu sehari.
Mendengar paparan Bupati Ali Mukhni, Gil B. Herico, delegasi dari Filipina mengaku benar-benar tertarik. Bahkan, dia pun berminat untuk membawa beruk ke negaranya yang juga terkenal sebagai pengahsil kelapa.
Sementara Ketua GCC, Hilal Saud Ambusaidi mengaku benar-benar sangat senang bisa berkunjung ke Kabupaten Padang Pariaman, daerah yang sangat indah dan, dengan penduduknya yang ramah.
“Saya akan ceritakan hal ini kepada warga negaranya. Saya berharap, suatu saat saya juga bisa membawah keluarga ke sini,” katanya.
Potensi
Di Limpato, Ali Mukhni memaparkan potensi ketahanan pangan Padang Pariaman kepada 48 anggota delegasi dari 12 negara tersebut.
Padang Pariaman satu daerah penghasil beras di Sumatra Barat. Setiap tahun selalu surplus. Tahun lalu surplus 150 ribu ton.
Atas keberhasilan itu, Padang Pariaman mendapat penghargaan dari Presiden.
Ali Mukhni optimis, dengan selesainya pembangunan Irigasi Anai II nanti, produksi beras Padang Pariaman akan jauh lebih besar lagi.
Bisa meningkat hingga 30 persen dari produksi sekarang. Sebab, dengan irigasi itu bisa mengairi sekitar 7.000 hektar lahan pertanian masyarakat.
Selain beras, Padang Pariaman juga terkenal sebagai sentra kakaonya Sumatra Barat. Sedikitnya ada 20 ribu hektare kebun kakao di kabupaten tersebut.
Bupati mengemukakan, produksi kakao Padang Pariaman sekarang masih banyak yang diekspor. Ada sekitar 60 ribu ton pertahun. Diantaranya ke Malaysia dan Jerman.
Ali Mukhni mengajak para delegasi untuk berinvestasi di Padang Pariaman, membangun pabrik cokelat yang lebih besar. (laporan Tanggal 07 September 2012, oleh dharmansah)


entri lainnya:

SAKATO NET Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Gambar tema oleh Bim. Diberdayakan oleh Blogger.