Rombongan
ini datang dari Sarilamak (Payakumbuh), diketuai oleh Datuk Putih dan
mereka menepat pada Sutan Sumanik yang sudah duluan membuka perkampungan
di Negeri Sembilan ini. Datuk Putih terkenal sebagai seorang pawang
atau bomoh yang ahli ilmu kebatinan. Beliaulah yang memberi nama Seri
Menanti bagi tempat istana raja yang sekarang ini. Kemudian
berturut-turut datang lagi rombongan lain-lainnya antaranya yang
dicatat oleh sejarah Negeri Sembilan : Rombongan yang bermula mendiami
Rembau datangnya dari Batu Hampar (Payakumbuh) dengan pengiringnya dari
Batu Hampar sendiri dan dari Mungka. Nama beliau ialah Datuk Lelo
Balang. Kemudian menyusul lagi adik dari Datuk Lelo Balang bernama Datuk
Laut Dalam dari Kampung Tiga Nenek. Walaupun
penduduk Negeri Sembilan mengakui ajaran-ajaran Datuk Perpatih nan
Sebatang yang sangat populer disini tetapi mereka tidak membagi
persukuan atas 4 bagian seperti di Minagkabau. Mungkin disebabkan
situasi dan perkembangannya sebagai kata pepatah : Dekat mencari suku
jauh mencari Hindu, maka suku-suku di Negeri Sembilan berasal dari luhak
dari tempat datang mereka itu atau negeri asal datangnya. Berdasarkan asal kedatangan mereka yang demikian terdapatlah 12 suku di Negeri Sembilan yang masing-masing adalah sbb;
- Tanah Datar
- Batuhampar
- Seri Lemak Pahang
- Seri Lemak Minangkabau
- Mungka
- Payakumbuh
- Seri Malanggang
- Tigo Batu
- Biduanda
- Tigo Nenek
- Anak Aceh
- Batu Belang
Fakta-fakta dan problem
Sejarah
Pada sebuah tempat yang bernama Sungai Udang kira-kira 23 mil dari
Seremban menuju Port Dickson terdapat sebuah makam keramat. Disana
didapati juga beberapa batu bersurat seperti tulisan batu bersurat yang
terdapat di Batu Sangkar. Orang yang bermakam disana bernama Syekh Ahmad
dan berasal dari Minangkabau. Ia meninggal dalam tahun 872 H atau 1467
Masehi. Dan masih menjadi tebakan yang belum terjawab, mengapa
kedatangan Sekh itu dahulu kesini dan dari luahk mana asalnya.
Raja berasal Minangkabau
Dalam
naskah pengiriman raja-raja yang delapan orang antaranya dikirimkan ke
Rembau, Negeri Sembilan bernama Malenggang Alam. Tetapi bilamana
ditinjau sejarah negeri Sembilan raja Minangkabau pertama dikirimkan
kesini Raja Mahmud yang kemudian bergelar Raja Malewar. Raja
Malewar memegang kekuasaan antara tahun 1773-1795. Beliau mendapat 2
orang anak Tengku Totok dan puteri bernama Tengku Aisah. Beliau
ditabalkan di Penajis Rembau dan kemudian pindah ke istana Seri Menanti.
Sehingga sekarang masih populer pepatah yang berbunyi : Be raja ke JohorBertali ke SiakBertuan ke Minangkabau Kedatangan
beliau ke Negeri Sembilan membawa selembar rambut yang kalau dimasukkan
ke dalam sebuah batil atau cerana akan memenuhi batil atau cerana itu.
Benda pusaka itu masuh tetap dipergunakan bila menobatkan seorang raja
baru. Yang mengherankan kenapa sesudah meninggalnya Raja Malewar dalam
tahun 1795 tidak diangkat puteranya menjadi raja melainkan sekali lagi
diminta seorang raja dari Minangkabau. Dan dikirimlah Raja Hitam dan
dinobatlkan dalam tahun 1795. Raja Hitam kawin dengan puteri Raja
Malewar yang bernama Tengku Aisyah sayang beliau tidak dikarunia putera.
Raja Hitam kawin
dengan seorang perempuan lain bernama Encek Jingka. Dari isterinya itu
beliau mendapat 4 orang putera/puteri bernama : Tengku Alang Husin,
Tengku Ngah, Tengku Ibrahim dan Tengku Alwi. Dan ketika beliau wafat
dalam tahun 1808 mengherankan pula gantinya tidaklah diangkat salah
seorang puteranya. Tetapi
sekali lagi dikirimkan perutusan ke Pagaruyung untuk meminta seorang
raja baru. Dan dikirimlah Raja Lenggang dari Minagkabau dan besar
kemungkinan inilah Raja Melenggang Alam yang dikirimkan dari Minangkabau
dan tersebut dalam naskah pengiriman raja-raja yang Delapan di
Minangkabau. Raja
Lenggang memerintah antara tahun 1808 sampai tahun 1824. Raja Lenggang
kawin dengan kedua puteri anak raja Hitam dan mendapat putera dua orang
bernama : Tengku Radin dan Tengku Imam. Ketika
raja Lenggang meninggal dinobatkanlah Tengku Radin menggantikan
almarhum ayah beliau. Dan inilah raja pertama Negeri Sembilan yang
diangkat oleh Pemegang Adat dan Undang yang lahir di Negeri Sembilan.
Dan keturunan beliaulah yang turun temurun menjadi raja di Negeri
Sembilan. Raja Radin digantikan oleh adiknya Raja Imam (1861-1869). Dan
selanjutnya raja-raja yang memerintah di Negeri Sembilan : Tengku Ampuan
Intan (Pemangku Pejabat) 1869-1872, Yang Dipertuan Antah 1872-1888,
Tuanku Muhammad 1888-1933, Tuanku Abdul Rahman 3/8/1933-1/4/1960, Tuanku
Munawir 5/4/1960-14/4/1967, Tuanku Ja’far dinobatkan 18/4/1967.
Terbentuknya Negeri Sembilan
Semasa
dahulu kerajaan negeri Sembilan mempunyai hubungan kekeluargaan dengan
Minangkabau. Yang menjadi raja dinegeri ini asal berasal dari keturunan
Raja Minangkabau. Istananya bernama Seri Menanti. Adat istiadatnya sama
dengan Minangkabau, peraturan-peraturannya sebagiannya menurut
undang-undang adat di Minangkabau. Mereka mempunyai suku-suku seperti
orang Minangkabau tetapi berbeda cara pemakaiannya. Perpindahan
penduduk ini terjadi bermula pada abad ke :XIV yaitu ketika pemerintah
menyarankan supaya rakyat memperkembang Minangkabau sampai jauh-jauh
diluar negeri. Mereka harus mencari tanah-tanah baru, daerah-daerah baru
dan kemudian menetap didaerah itu. Setengahnya yang bernasib baik dapat
menemui tanah kediaman yang subur dan membuka tanah dan membuat
perkampungan disitu. Ada pula yang bersatu dengan rakyat asli yang
ditemui merka dan menjadi pemimpin disana. Sudah tentu adat-adat,
undang-undang, kelaziman dinegeri asalnya yang dipergunakannya pula
dinegeri yang baru itu. Sebagai sudah diuraikan orang-orang Minangkabau
itu menjalani seluruh daerah : ke Jambi, Palembang, Indragiri, Taoung
Kanan dan Tapung Kiri, Siak dan daerah lainya. Sebagiannya menyeberangi
Selat Melaka dan sampai di Negeri Sembilan. Pada
abad ke XVI pemerintahan negeri mereka disana sudah mulai tersusun
saja. Mereka mendirikan kerajan kecil-kecil sebanyak 9 buah dan kesatuan
kerajan kecil-kecil itu mereka namakan NEGERI SEMBILAN. Negara
ini terjadi sewaktu Minangkabau mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil
ini dan diperlindungkan dibawah kerajan Johor. Setelah negara kesatuan
ini terbentuk dengan mufakat bersama dengan kerajaan Johor dimintalah
seorang anak raja Pagaruyung untuk dinobatkan menjadi raja di Negrei
Sembilan itu. Pada waktu itulah bermula pemerintahan Yang Dipertuan Seri
Menanti. Asal
usul anak negeri disitu kebanyakan dari Luhak Lima Puluh Kota yaitu
dari : Payakumbuh, Sarilamak, Mungka, Batu Balang, Batu Hampar,
Simalanggang dan sebagian kecil dari Luhak Tanah Datar. Dari
negeri-negeri mana mereka berasal maka nama-nama negeri itulah menjadi
suku mereka. Sebagian tanda bukti bahwa rakyat Negeri Sembilan itu
kebanyakan berasal dari Luhak Lima Puluh Kota sampai sekarang masih
terdapat kata-kata adat yang poluler di Lima Puluh Kota : “Lanun kan
datang merompak, Bugis kan datang melanggar”. Kata-kata adat ini sering
tersebut dalam nyanyian Hikayat Anggun nan Tunggal Magek Jabang. Di
tanah Melaka kata-kata ini menjadi kata sindiran atau cercaan bagi
anak-anak nakal dan dikatakan mereka “anak lanun” atau anak perompak. Kalau
dibawa kepada jalan sejarah diatas tadi, maka yang dimaksud dengan
“lanun” itu ialah perompak, rakyat dari Raja Daeng Kemboja yang hendak
merampas Negeri Sebilan. Dan Bugis adalah nama negeri asal Daeng Kemboja
tadi. Dan memang aneh, kata lanun yang jadi buah nyanyian oleh rakyat
Lima Puluh Kota ini tidak dikenal oleh rakyat Luhak Agam dan sedikit
oleh rakyat rakyat Luhak Tanah Datar. Karena memang fakta sejarah
keturunan anak negeri Sembilan itu sebagian besar berasal dari Luhak
Lima Puluh Kota. Nama suku-suku rakyat disana menjadi bukti yang jelas. Oleh
karena Sultan Johor sudah memberikan bantuannya dalam melindungi rakyat
Negeri Sembilan ini dari jarahan lanun atau Daeng Kemboja, disebabkan
ini pulalah Yang Dipertuan Pagaruyung memberikan bantuan kepada Sultan
Johor dalam memberikan bantuan ikut bertempur di Siak untuk memerangi
bangsa Aceh. Maka hubungan yang demikian rapat semenjak berabad-abad itu
menjadikan hubungan antara negara yang akrab : Negeri Sembilan pada
khususnya, Indonesia – Malaysia pada umumnya. (Sumber : Minangkabau Tanah Pusaka – Tambo Minangkabau) ENTRI LAINNYA:
- SITI MANGGOPOH: pahlawan minang yang terlupakan.
- Sejarah Keturunan India di Pariaman
- BOY PASKAND: Peranan pemuda dan pemudi di negeri i...
- ASAL MULA ORANG PARIAMAN
- Arti Bentuk Lukisan Lambang PADANG PARIAMAN saiyo ...
- UANG JAPUIK DI PIAMAN : dan adat istiadatnya.
- PASA PAKANDANGAN ERA ALI MUKHNI MENGGELIAT
- WALIKOTA AJAK PERANTAU PIAMAN PEKANBARU BANGUN KOT...
- Menyusuri Sudut Kota Pariaman
- BIOGRAFI TUANKU SALIAH : rang kiramaik dari sungai...
- PUTRA AW luncurkan DENDANG BOLLYMIX
- TEMPAT WISATA DI PARIAMAN
- Alm Kol Anas Malik Dalam Kenangan, seorang figur k...
- Sejarah awal datangnya islam di sumatera barat
- Perjalanan Syekh Burhanuddin Ulakan.
- IKAN LARANGAN BATANG TIKU IV KOTO AMAL.
- CATATAN TENTANG DUSUN LIMPATO diseisarik tujuah ko...
- Lahirnya Komunitas Ciloteh Piaman (KCP), Sebuah Re...
- Pancasilamu Hanya di Buku, Tuan...
- Senandung Century Dibalik Jeruji Besi Antasari
- PASAR PAKANDANGAN SEMAKIN RAMAI, PEDAGANG LAMA TER...
BACA JUGA:
PESTA LAYANG-LAYANG YANG MEMBAHANA DI TUJUAH KOTO, SUNGAI SARIAK.
oleh: boy paskand
Perhelatan pesta 'layang-layang' di kecamatan tujuah koto sei sarik ,
enam lingkuang pakandangan, serta kecamatan disekitarnya memberikan
kepuasan tersendiri bagi peminatnya, kenapa tidak??, sudah hampir satu
tahun lebih pesta layang-layang ini rutin di selenggarakan secara
bergiliran di setiap desa dan kenagarian yang ada dalam kecamatan.
Dalam kecamatan tujuah koto sei sarik sendiri sudah menjadi rutinitas
rutin mingguan bagi para pecandu 'pereh layang-layang ' ini. Apabila
kita menelusuri jalan-jalan perkampungan yang ada dalam kecamatan ini,
seperti limpato, kayu maranting, sungai ibur , kayu balam , labuah dan
desa bisati, akan kita temui para warga yang tengah asyik membuat dan
mendekorasi layang-layang mereka dengan berbagai hiasan-hiasan unik
bermacam ragam.