Oleh:
Boy Paskand Okamara
Budaya
merantau orang minang tidak hanya dizaman modern
seperti yang banyak ditulis oleh para penulis di media2, akan tetapi
sudah ada
semenjak ber abad-abad yang silam. bukti2 sejarahpun banyak yang
menunjukkan dengan ditemukan berbagai peninggalan orang2 keturunan
minangkabau yang menyebar di seluruh dunia, asia tenggara khususnya.
Mochtar
naim dalam disertasinya yang berjudul 'merantau: pola migrasi suku
minangkabau' tahun 1974, beliau menemukan jejak rantau minangkabau di
philipina (ita lismawati f. malau dan erinaldi: 'kerajaan sulu didirikan keturunan minangkabau'. viva news 7/3/2013). mochtar naim juga memaparkan kalau kota manila didirikan oleh rajo sulaiman yang juga keturunan minangkabau. (lihat juga: tahukah anda pendiri kota manila adalah orang islam?)
sedangkan kerajaan sulu di selatan philipina di dirikan oleh rajo bagindo yang juga keturunan minangkabau.
sejarahwan
universitas andalas prof. gusti anan mendukung desertasi mochtar naim.
menurutnya klaim ini sangat masuk akal, dilihat dari pola migrasi orang
minang yang luas. jejak minangkabau bisa ditemukan di sabah, serawak,
sulu(philipina selatan), kalimantan dan brunai( viva.news).
Prof. Gusti Anand |
Fakta
tersebut bisa juga kita temui di pedalaman kalimantan, sekelompok kecil
orang di pedalaman kalimantan budayanya, rumah adat, dan bahasanya
mirip logat orang2 minang. dugaan itu juga di perkuat oleh prof.gusti
anan, kata beliau bahasa mereka mirip dengan orang di kabupaten
limopuluah kota.
"dinusa tenggara timurpun ada juga komonitas minang dipedalaman sana,
mereka bahkan sempat bertemu dengan saya di seminar. mereka mengatakan
sudah mendiami kawasan tersebut selama tujuh generasi, sekitar 210
tahun. barangkali imigrasi ini terjadi di saat perang paderi pecah di
sumatera barat." kata prof. gusti anand yang kami comot saat
diwawancarai journalis viva ita lismawati dua tahun yang silam.
Boy Paskand/ Penulis |
Sebelumnya saya sangat sulit mencari sumber detil tentang kapan masuknya rajo bagindo ke philipina ini, tak ada catatan detil yang bisa saya jadikan sumber refensi, hingga akhirnya saya menemukan buku karya Mc. Halili yang sudah di terjemahkan kedalam bahasa indonesia, cetakan ketiga belas yang berjudul aslinya 'philippine history' edisi 2004 silam.
Dalam
buku tersebut dijelaskan, berawal tahun 1390, seorang perantau minang
bernama 'rajo bagindo', bersama rombongannya mendarat di buansa yang
kini terletak didekat jolo. kedatangan rajo bagindo ini tak begitu
disukai oleh penduduk suku setempat, hal itu dikarenakan perbedaan
agama, tradisi dan keterbalakangan suku yang mendiami kawasan tersebut.
rajo bagindo yang pada saat itu selain
pedagang adalah seorang alim ulama yang aktif berdakwah, sedangkan suku
pedalaman masih menganut kepercayaan animisme dan atheisme. konflikpun
pecah, akan tetapi akhirnya rajo bagindo dan rombongannya berhasil
menundukkan suku pedalaman buansa dan menjadi penguasa penuh diwilayah
itu, beliau jugalah yang berjasa meg-islamkan penduduk setempat.
Menurut
Mc.halili, sekitar tahun 1450, ayarif al hasyim atau dikenal sayid abu
bakar seorang ulama arab datang ke buansa, bertolak dari johor. ia lalu
diterima sebagai menantu oleh 'rajo bagindo' dengan menikahkan putrinya
yang bernama 'paramisuli' dengan sayid abu bakar.
Setelah
rajo bagindo wafat, sayid abu bakar inilah yang menggantikannya menjadi
sultan dengan meniru model kekhalifahan di arab. semasa
pemerintahannya, kesultanan sulu berkembang pesat, menjadi kekuatan
maritim terbesar
di kawasan itu. keturunan sayid abu bakar inilah yang memerintah sampai sekarang.
menurut
kolomnis rita linda v. jimeno yang dimuat di 'manila standard today',
senin 18/2/2013, sabah sekitar th. 1473 hingga 1658 milik brunai
darulsalam. pada 1658 itu sabah di berikan pada kesultanan sulu di
philipina selatan sebagai balas jasa karena sultan membantu kesultan
brunai meredam perang sipil yang terjadi di kerajaan brunai pada waktu
itu.
Pada
th,1761 alexander dalrymple pejabat Bristish east india company
melakukan perjanjian dengan sultan sulu untuk menyewa sabah dijadikan
pos perdangangan inggris sekaligus perjanjian untuk membantu inggris
mengusir spanyol dari kawasan tersebut.
Tahun
1878, petualang austria bernama 'baron de overbeck yang melihat sultan
sulu kewalahan menghadapi spanyol membujuk sultan untuk menyewakan sabah
kepadanya sebesar 5000 dollar malaya atau 1600 dollar amerik pertahun.
dikarenakan butuh dana untuk berperang, maka sultan sulupun
menyetujuinya. namun tampa sepengetahuan sultan, overbeck menjual sabah
kepada pedagan inggris bernama 'alfred dent', sabahpun dikelola dibawah
bendera british north borneo inggris. status piagam kerajaan inggrispun
diberikan untuk sabah.
Pada
dekade berikutnya, kepemilikan sabah silih berganti, spanyol kemudian
ke inggris lagi, sementara kesultanan sulu dan daerah2 di philipina
dikuasai oleh spanyol. pada tahun 1888 sabah resmi milik inggris yang
kemudian disatukan dengan federasi malaysia.
Philipina
dan rakyat sulu mendesak inggris untuk mengembalikan sabah ke pada
sultan sulu, inggrispun berniat mangembalikan sabah, dengan cara
pemungutan suara apakah rakyat sabah memilih bergabung dengan federasi
malaysia atau kembali ke kesultanan sulu, tapi hasilnya rakyat sabah
memilih malaysia ketimbang kesultanan sulu. tgl. 16 september 1963,
sabah resmi jadi negara federasi malaysia. namun kesultanan sulu kurang
merelakannya dan menuntut kepemilikan sabah.
_____________________________
Penawaran cepat:
Beberapa
tahun yang silam, di bulan maret 2013 terjadi konflik berdarah di desa
tanjung labian, lahad batu, sabah hingga desa tanduo dan mencapai
semporna yang jaraknya 300 km dari lahad batu. para pejuang sulu
memasuki daerah tersebut untuk di kuasai atas perintah putra mahkota
sulu 'rajamuda agbimuddin kiram'. namun perang yang tak seimbang ini
banyak menewaskan pejuang sulu dan dipatahkan oleh serdadu2 malaysia.
Penulis: Boy Paskand.
sumber referensi:
*Viva news
rita linda v. jimeno yang dimuat di 'manila standard today', senin 18/2/2013
Mochtar naim dalam disertasinya yang berjudul 'merantau: pola migrasi suku minangkabau' tahun 1974
prof. gusti anan (wawancara dengan jurnalis viva news)
Mc. Halili, 'philippine history' edisi 2004
Dll.
CARI POSTINGAN SESUAI LABEL: