Di Kabupaten Padangpariaman, Sumatra Barat, ada kecamatan yang namanya memakai bilangan dan perkalian. Catat ya, namanya: Kecamatan 2 x 11 Enam Lingkung. Nama ini, terbilang paling unik di Indonesia.
Kecamatan 2X11 Enam Lingkung merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Padangpariaman, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Secara geografis terletak kecamatan ini adalah 1000 16’ 00” BT, 00 39’ 00” LS.
Konon kabarnya, asal-usul nama kecamatan ini, banyak versi yang berbeda-beda, tetapi intinya tetap sama, yaitu 2 x 11, sebagi penjumlahan suku-suku di nagari-nagari yang ada di dalam kecamatan, dan Enam Lingkung adalah jumlah nagari.
Dulu nagari (semacam desa) disebut toboh. Tidak ada nagari ketika itu, kecuali toboh. Ada sembilan toboh, yaitu (1) Gantiang, (2) Sungai Asam, (3) Lubuak Batuang, (4) Kiambang, (5) Pauah, (6) Koto Gadih, (7) Koto Tuo, (8) Undang Bajawek, tarakhir (9) Koto Tinggi atau Gadue. Sembilan toboh ini letaknya melingkar (melengkung/lingkung).
Setiap toboh masyarakatnya bajulo-julo, semacam arisan, merupakan kelompok kerja masyarakat. Kegiatan dalam julo-julo tersebut adalah julo-julo meneruka sawah, membangun rumah, membuat jalan, masjid atau surau, laga-laga, dan sarana umum lainnya.
Nagari adalah pembagian wilayah administratif terendah pada sistem pemerintahan di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Nagari merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2X11 asal mulanya dari nagari dan suku yang ada di dalamnya. Pertama, bagian mudik, ada lima nagari dan enam suku. Kedua, bagian ilir ada lima nagari dan enam suku.
Nagari-nagari bagian mudiak, tadiri dari (1) Sicincin, (2) Kepala Hilalang, (3) Kayu Tanam, (4) Guguak, dan (5) Induriang. Bagian ilie, tadiri dari (1) Pakan Baru, (2) Toboh Ketek, (3) Pakandangan, (4) Parit Malintang, dan (5) Koto Tinggi. Sedangkan suku yang enam tadi adalah (1) Sikumbang, (2) Koto, (3) Tanjuang, (4) Guci, (5) Jambak, dan (6) Panyalai.
Enam Lingkung asalnya dari sembilan toboh yang letaknya melingkar, yaitu Gantiang, Sunagi Asam, Lubuak batuang, Kiambang, Pauah, Koto Gadih, Koto Tuo, Undang Bajawek, Dan Koto Tinggi/Gadue.
Setelah ada nagari, Enam Lingkung dilingkungi oleh enam nagari, yaitu: 1) Toboh Ketek, 2) Sungai Asam, 3) Lubuak Pandan, 4)Parit Malintang, 5) Koto Tinggi dan 6)
Gadue.
Di tengah-tengah nagari yang enam tersebut, ada nagari Pakandangan. Itulah sebabnya di Masjid Raya Pakandangan ada tujuh buah pancuran air, enam pancuran air (melambangkan enam nagari) mengelilingi satu pancuran induk (nagari Pakandangan).
Sekarang, Kecamatan 2X11 Enam Lingkung telah dimekarkan menjadi 3 kecamatan, yaitu (1) Kecamatan 2X11 Kayu Tanam, terdiri dari nagari Kepala Hilalang, Kayu Tanam, Guguak, dan Induriang. (2) Kecamatan 2X11 Enam Lingkung, terdiri dari nagari Sicincin, Lubuak Pandan, dan Sungai Asam. (3) Kecamatan Enam Lingkung, terdiri dari nagari Pakandangan, Toboh ketek, Parit Malintang, Koto Tinggi, dan Gadur.
Walaupun demikian, sacara adat, nagari-nagari tersebut sampai sekarang adatnyo saincek, syari’atnyo sabuah, pamudonyo sapamainan, masyarakat sa pasa. Maksud adaiknyo saincek adalah adat-istiadatnya sama. Semua cara dalam pesta pernikahan di nagari-nagari Enam Lingkung sama, seperti panggilan mamak mempelai laki-laki, menjemput mempelai laki-laki, juaddah, basalam/bersilaturrahim. Syari’atnyo sabuah, artinya dalam melaksanakan syarak mangato adat mamakai, caranya hampir bersamaan dalam palaksanaan hari baik, bulan baik:
Bulan Ramadhan: maantaan pabukoan/ mengantarkan hidangan buka puasa.
Hari Raya Idul Fitri: bahari rayo bagi orang yang baru menikah atau mempelai baru.
Maulid Nabi: bajamba, batabuik, malamang/membuat lamang, dan badikie/zikir.
Pamudonyo sapamainan, artinya permainan pemuda anak nagari sama, bentuk dan jenisnya hampir sama, seperti: Lagak, lenggok, lagu randai, simarantang, hulu ambek, silek, tambue, indang. Olah raga, seperti bola voli, bola kaki, layang-layang, dan sabagainya.
Masyarakaiknyo sa pasa, artinya pasar Pakandangan yang disebut juga pasar Balai Kamih adalah pasarnya orang Enam Lingkuang. (*)